Sabtu, 17 Desember 2011

Penggemukan Sapi

Singkat cerita penggemukan sapi dilakukan untuk meningkatkan hasil,mutu,dan kwalitas daging sapi yang dihasilkan pada sebuah peternakan sapi pedaging.

berikut adalah point-point dalam penggemukan sapi:
1.Pemilihan Jenis Sapi
2.Berbagai Sistem Penggemukan
   a.Pasture Fattening
   b.Dry Lot Fattening
   c.Kereman

_____________________________________XXXX_______________________________________

1.Pemilihan Jenis Sapi
    A.Sapi Lokal
        Jenis-jenis sapi yang sudah lama terdapat di Indonesia dan telah berkembang secara turun -temurun dikenal dengan sebutan sapi lokal. jenis-jenis sapi lokal ini tersebar hampir disemua daerah Indonesia, tetapi ada pula yang hanya terdapat didaerah-daerah tertentu saja.Jenis sapi lokal yang dapat digunakan sebagai sapi bakalan untuk usaha penggemukan adalah sebagai berikut.

*Sapi Bali*
        Sapi Bali merupakan keturunan dari sapi liar yang disebut banteng (Bos sondacius) yang telah mengalami 
proses domestikasi selama ratusan tahun. Sebagai akibat dari proses domestikasi yang cukup lama itu,      ukuran tubuh sapi bali menjadi lebih kecil dibandikan dengan banteng. Sapi bali dewasa dapat mencapai tinggi     badan 130cm dengan bobot badan jantan dewasa berkisar 350-400kg, sedangkan betina dewasa berkisar 250-300kg. Namun, dengan pakan yang lebih baik sapi bali jantan pada umur 6-8 tahun dapat mencapai  bobot badan 450kg.

*Sapi Madura*

        Sapi madura merupakan hasil kawin silang antara sapi bali dengan sapi india (Bos indicus). Hal ini didasarkan pada adanya tanda-tanda yang diturunkan oleh kedua jenis sapi tersebut seperti ponok dari bos indicus dan bulu dari bos sondaicus. Namun, ada pula yang memperkirakan bahwa sapi madura merupakan hasil persilangan bos sondaicus dengan sapi jawa yang kemudian dimasukan darah Bos indicus. Bobot badan jantan dewasa berkisar 250-300kg dan betina dewasa berkisar 150-200kg dan itu jelas karena sapi madura postur badannya lebih kecil dibandingkan sapi bali.

*Sapi Ongole(Sumba Ongole)*

          Sapi ongole bukanlah sapi asli Indonesia, melainkan berasal dari India. Sapi ini mulai dimasukan ke Indonesia pada permulaan abad ke-20 dan diternakan secara murni dipulau sumba sehingga lebih dikenal dengan nama Sapi Sumba Ongole. Tinggi jantan dewasa dapat mencapai 150cm dengan bobot badan 600kg, sedangkan betina dewasa dapat mencapai tinggi 135cm dengan bobot badan 450kg.

*Sapi Peranakan Ongole(PO)*

         Program "Ongolisasi" yang telah dilakukan di pulau jawa dan sumatera telah berhasil meng-up grade sapi-sapi setempat dengan sapi ongole dan menghasilkan sapi yang disebut "Peranakan Ongole" (PO). Walaupun belum diperoleh data yang pasti, tetapi dilihat dari daerah penyebaran sapi PO menunjukan bahwa jumlah sapi PO jauh lebih banyak dibandingkan dengan jumlah sapi-sapi lokal lainnya.
         Postur tubuh maupun bobot badan sapi PO lebih kecil dibandingkan sapi ongole. Ponok dan gelambir kelihatan kecil atau tidak ada sama sekali. Warna bulunya sangat bervariasi, tetapi pada umumnya berwarna putih atau putih keabuabuan.

       B.Sapi Impor

           Selain dari sapi-sapi lokal, sapi untuk bakalan dalam usaha penggemukan dapat pula dipilih dari jenis sapi impor.Banyak jenis sapi diluar negri yang khusus dipelihara sebagai penghasil daging dan dapat dijadikan sebagai bakalan untuk usaha penggemukan. beberapa diantaranya yang penting diutarakan adalah sebagai berikut.

*Sapi Hereford*

         Sapi hereford berasal dari inggris dan mulai dikembangkan sebagai penghasil daging di Amerika Serikat  sejak tahun 1840. Selain tersebar luas di Amerika Serikat, sapi jenis ini juga terdapat di Amerika Latin,Kanada,Australia,Selandia Baru,dan Afrika Selatan. Postur tubuhnya rendah,tetapi tegap. Urat dagingnya padat. Bobot badan jantan dewasa sekitar 850kg, sedangkan betina dewasa sekitar 650kg. Kualitas dagingnya baik, daya adaptasinya terhadap lingkungan juga baik. Sapi ini lebih sesuai untuk penggemukan dengan sistem pastur atau padang penggembalaan karena cara merumputnya baik.

*Sapi Shorthorn*

        Sapi Shorthorn berasal dari inggris dan mulai dikembangkan di Amerika Serikat pada tahun 1783 didaerah Virginia. Bentuk tubuhnya besar,bujur sangkar, dan kompak.Bobot badan jantan dewasa dapat mencapai sekitar 1000kg, sedangkan betina dewasa sekitar 770kg.

*Sapi Aberdeen Angus*

         Sapi Aberdeen Angus merupakan salah satu jenis sapi penghasil daging yang terkenal di amerika serikat. Sapi Aberdeen Angus berasal dari daerah beriklim dingin dan lembab di sebelah utara Skotlandia. Sapi jenis ini mulai dimasukan ke Amerika Serikat pada tahun 1873. Bentuk tubuh sapi ini lebar, kompak, dan mempunyai urat daging yang baik. Warna tubuhnya hitam seluruhnya, tetapi kadang kala terdapat warna putih pada bagian bawah belakang pusat.

*Sapi Charolais*

         Sapi Charolais adalah sapi Perancis dan merupakan salah satu jenis sapi pedaging yang terkenal di Perancis. Warna tubuhnya Krem muda atau keputih-putihan. Postur tubuhnya besar dan padat, tetapi kasar. bobot badan jantan dewasa dapat mencapai 1000kg, sedangkan betina dewasa sekitar 750kg.

*Sapi Brahman*

         Sapi Brahman berasal dari India dan termasuk dalam golongan sapi Zebu. Sapi ini mulai dibawa ke Amerika Serikat pada tahun 1854 dan dikembangkan pada daerah-daerah louisiana. Sapi brahman ditandai dengan ponok yang besar pada jantan, tetapi kecil pada betina. Ukuran tubuhnya besar,panjang dengan kedalaman tubuh yang sedang. Warna tubuhnya gelap keabuabuan. Sapi brahman jantan berbobot sekitar 800kg dan betina sekitar 550kg.


2.Berbagai Sistem Penggemukan

          Ada beberapa sistem penggemukan yang diganakan untuk sapi. Pada prinsipnya, perbedaan sistem penggemukan sapi terletak pada teknik pemberian pakan atau ransum, luas lahan yang tersedia, umur dan kondisi sapi yang akan digemukan, serta lama penggemukan. Di luar negri, penggemukan sapi dikenal dengan sistem pasture fattening,dry lot fatening, dan kombinasi keduanya, sedangkan di Indonesia dikenal dengan sistem kreman.

A.Pasture Fattening
         Pasture Fattening merupaka suatu sistem penggemukan sapi yang dilakukan dengan cara menggembalakan sapi dipadang penggembalaan. Dengan demikian, teknik pemberian pakan dalam sistem ini adalah dengan penggembalaan. Tidak ada penambahan pakan berupa konsentrat maupun biji-bijian sehingga pakan yang tersedia hanya berasal dari hijauan yang terdapat di padang penggembalaan. Oleh karena itu, hijauan yang terdapat dipadang penggembalaan disamping rumput-rumputan yang ada, harus ditanami leguminosa agar kualitas hijauan yang ada di padang penggembalaan itu lebih tinggi. Apalagi hanya mengandalkan rumput-rumputan saja dan tanpa penanaman leguminosa maka tidak dapat diharapkan pertambahan bobot badan sapi yang lebih tinggi. Apalagi sistem penggemukan sapi pasture fattening akan diaplikasikan di Indonesia makan jenis leguminosa yang disarankan untuk ditanamkan dipadang-padang penggembalaan adalah Arachis, Centrosema, Lamtoro, Siratro, dan Desmodium trifolium. Bibit tanaman tersebut dapat diperoleh antara lain di Balai Penelitian Ternak serta Balai Pengkajian Teknologi Pertanian di Pulau Jawa dan luar Pulau Jawa.
        Kandang pada sistem penggemukan sapi pasture fattening hanya berfungsi sebagai tempat berteduh sapi-sapi pada malam hari atau pada saat hari sedang panas. Penggemukan dengan sistem pasture fattening memerlukan padang penggembalaan yang relatif luas sehingga sulit bila dilaksanakan di daerah-daerah yang padat penduduknya seperti dipulau Jawa, namun bukan berarti penggemukan sapi dengan sistem pasture fattening tidak dapat dilakukan di indonesia. Di luar Pulau Jawa, meskipun tidak banyak lahi lahan yang tersedia, tetapi sudah ada yang melakukan penggemukan sapi dengan sistem pasture fattening.

B.Dry Lot Fattening

         Dry Lot Fattening merupakan sistem penggemukan sapi dengan pemberian ransum atau pakan yang mengutamakan biji-bijian seperti jagung, sorgum, atau kacang-kacangan. Di Amerika Serikat, penggemukan sapi dengan sistem dry lot fattening dilakukan pada daerah pusat produksi jagung yang dikenal dengan corn belt. pemberian jagung yang telah digiling dan ditambah dengan pemberian hijau-hijauan yang berkualitas sedang pada penggemukan sapi sudah memberikan pertambahan bobot badan yang lumayan. Namun, belakangan ini penggemukan sapi dengan sistem dry lot fattening bukan hanya memberikan satu jenis biji-bijian saja, tetapi sudah merupakan suatu bentuk yang diformulasi dari berbagai jenis bahan pakan konsentrat.
         Bahan-bahan yang dipergunakan dapat terdiri dari jagung giling, bungkil kelapa, dedak padi, polard, bungkil kelapa sawit, ampas tahu, dan sebagainya. dengan penambaha mineral dan garam dapur, bahan-bahan tersebut diformulasi dan menjadi bentuk pakan jadi yang  disebut konsentrat. Sapi dan ternak ruminansia lainnya membutuhkan serat kasar yang antara lain bersumber pada hijauan untuk memperlancar dan mengoptimalkan proses pencernaannya. Oleh karena itu, pemberian hijauan pada penggemukan dengan sistem dry lot fattening sangat dibatasi oleh batas-batas tertentu yang tidak akan mengganggu proses pencernaan. Untuk itulah, dibutuhkan batasan minimal pemberian hijauan dalam komponen pakan atau ransum ternak ruminansia.

C.Kereman

         Penggemukan sapi dengan sistemm kereman dilakukan dengan cara menempatkan sapi-sapi dalam kandang secara terus-menerus selama beberapa bulan. Sistem ini tidak begitu berbeda dengan penggemukan sapi dengan sistem dry lot fattening, kecuali tingkatnya yang sangat sederhana. Pemberian pakan dan air minum dilakukan dalam kandang yang sederhana selama berlangsungnya proses penggemukan. Pakan yang diberikan terdiri  dari hijauan dan konsentrat dengan perbandingan yang tergantung pada ketersediaan pakan hijauan dan konsentrat. Apabila hijauan tersedia banyak maka hijauanlah yang lebih banyak diberikan. Sebaliknya, apabila pakan konsentrat mudah diperoleh, tersedia banyak, dan harganya relatif murah maka pemberian konsentratlah yang diperbanyak. Namun, ada pula peternak yang hanya memberikan hijauan saja tanpa adanya pemberian konsentrat ataupun pakan lainnya. Sudah barang tentu hal ini dapat dilakukan pada daerah-daerah yang masih potensial menyediakan hijauan.


Sumber Di kutip dari
BUKU PENGGEMUKAN SAPI 
yang ditulis oleh Bpk. Ir.Sori Basya Siregar,M.S.
diterbitkan oleh : PENEBAR SWADAYA

        

Tidak ada komentar:

Posting Komentar